Perilaku kekerasan menempati hampir 50 persen dari seluruh pasien di rumah sakit jiwa. Perilaku kekerasan merupakan alasan utama pasien skizofrenia dibawa ke rumah sakit. Dampak dari perilaku kekerasan dapat menyebabkan cedera pada pasien, orang lain dan lingkungan sekitar. Perilaku kekerasan cenderung mengalami pengulangan. Pasien yang pernah melakukan perilaku kekerasan dapat mempunyai diagnosis keperawatan risiko perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan akan mengalami pengulangan jika stressor eksternal masih ada dan kemampuan koping belum adaptif. Oleh karena itu, perlu adanya manajemen terhadap stres yang dialami. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan berulangnya perilaku kekerasan. Salah satu manajemen stres yang dapat dilakukan adalah relaksasi autogenik. Tujuan praktik relaksasi autogenik ini adalah menekankan sugesti pada diri sendiri untuk lebih tenang, ringan, dan hangat sehingga tubuh menjadi rileks.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang didapatkan bahwa diagnosis keperawatan risiko perilaku kekerasan menempati urutan kedua terbanyak setelah perilaku kekerasan. Hasil wawancara terhadap pasien di ruang Merpati didapatkan bahwa penyebab besar terjadinya stres diantaranya karena merasa kecewa dengan keluarga, kecewa dengan keadaan yang dialami dan merasa tidak dipercaya oleh keluarga, sehingga sewaktu-waktu pasien cenderung mengalami kemarahan lagi yang ditranformasikan ke orang lain. Penelitian ini menggunakan rancangan pre-eksperimental. Desain yang digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest. Populasi pada penelitian ini yaitu pasien risiko perilaku kekerasan berjenis kelamin laki-laki di Ruang Merpati yang berjumlah 26 orang. Metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling dan didapatkan sampel berjumlah 15 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tingkat stress. Relaksasi autogenik dilakukan selama 15 menit selama tiga hari berturut-turut.
Berdasarkan hasil kuesioner sebelum intervensi, didapatkan mayoritas responden mengalami stress sedang (66,67 persen), sisanya tingkat stress berat (20 persen), dan stress ringan (13,3 persen). Pada penelitian ini didapatkan penurunan tingkat stress berat menjadi stress sedang sebanyak 13,33 persen, penurunan stress sedang menjadi stress ringan sebanyak 20 persen, dan peningkatan stress ringan sebanyak 20. Relaksasi autogenik akan memberikan hasil efektif setelah dilakukan sebanyak tiga kali latihan dengan memerlukan waktu 15-20 menit. Setelah melakukan relaksasi, responden mengatakan pikiran menjadi tenang. Pada responden yang mengalami penurunan tingkat stress, sebagian besar item yang tidak dialami lagi yaitu mengalami kesulitan tidur dan pikiran mudah kacau.
Hasil statistik menunjukkan bahwa relaksasi autogenik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat stres pasien risiko perilaku kekerasan. Pelatihan relaksasi yang dilakukan dapat meningkatkan hormone endorfin. Pemberian autogenik mempengaruhi sistem limbik untuk mensinkronisasi gelombang otak menuju gelombang alpha yang menimbulkan perasaan tenang. Wijayanti (2015) mengatakan bahwa berpikir positif (menanamkan sugesti positif), merasa pasrah, lingkungan yang tenang, dan posisi yang nyaman saat melakukan relaksasi autogenik dapat secara positif meningkatkan koping adaptif.
Peneliti berasumsi bahwa terdapat pengaruh relaksasi autogenik terhadap tingkat stress pasien risiko perilaku kekerasan dikarenakan relaksasi autogenik dapat meningkatkan sekresi gelombang alpha, menurunkan sekresi hormon kortisol (hormone stress), meningkatkan sekresi betha endorphin dan meningkatkan koping yang adaptif. Peneliti berasumsi bahwa penurunan tingkat stress yang terjadi dapat menurunkan risiko terjadinya pengulangan perilaku kekerasan. Hal ini dikarenakan stress merupakan penyebab terjadinya kecemasan dan kecemasan dapat menyebabkan kemarahan. Kemarahan diawali dengan stressor internal dan eksternal. Perilaku kekerasan sendiri merupakan respon paling maladaptif dari kemarahan. Oleh karena itu, penurunan stress yang terjadi dapat menurunkan risiko terjadinya perilaku kekerasan.
Daftar Pustaka:
Ervina, Nadia, Sri Maryatun, Antarini Idriansari.2018. Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat Stres Pasien Risiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Merpati RS Ernaldi Bahar Palembang. PSIK FK UNSRI: Indralaya.