PANGKALPINANG - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dr. Andri Nurtito, MARS mengungkapkan bahwa dua puluh tujuh alat Tes Cepat Molekuler (TCM) disiapkan untuk program pengendalian tuberkulosis (TBC). Hal ini disampaikannya saat membuka Workshop Monitoring dan Evaluasi Laboratorium Tes Cepat Molekuler dan Mikroskopis, yang diselenggarakan di Hotel Sun pada Senin (09/09/2024).
"Penempatan alat TCM di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dimulai tahun 2013. Sampai dengan tahun 2023 ini, sudah terdapat 26 alat TCM di 7 kabupaten/kota. Tahun 2024 ada penambahan satu alat TCM truenat yang ditempatkan di Puskesmas Pongok, Kabupaten Bangka Selatan," tutur Andri.
"Pada tahun 2024, berdasarkan analisis laporan bulanan TCM di SITB, rerata utilisasi tingkat provinsi termasuk sedang. Untuk rerata tingkat utilisasi kabupaten/kota, yang paling tinggi adalah Pangkalpinang, 59,42 persen dan yang paling rendah adalah Bangka Selatan, yaitu 25,98 persen," lanjutnya.
Andri menjelaskan bahwa laboratorium tuberkulosis (TBC) adalah komponen utama dalam program pengendalian TBC.
"Laboratorium berperan dalam mendiagnosis dan mengevaluasi pengobatan TBC. Pemeriksaan dilakukan di laboratorium yang mutunya terpantau," ujarnya.
"Pemanfaatan Mutu Eksternal (PME) mikroskopis BTA telah dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan. Salah satunya adalah uji silang secara bertingkat dari mulai tingkat fasyankes, Laboratorium Rujukan Intermediat (LRI), Laboratorium Rujukan Provinsi (LRP), hingga Laboratorium Rujukan Nasional (LRN)," jelas Andri.
"Uji silang mikroskopis TBC sangat penting untuk menjamin kualitas pemeriksaan mikroskopis TBC," tegasnya.
"Program TBC nasional terus melakukan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi, dan inovasi program sebagai bentuk pengendalian TBC, termasuk penggunaan dan akses penggunaan alat TCM," lanjutnya.
"Pemanfaatan alat TCM merupakan salah satu upaya untuk mempercepat diagnosis sehingga pasien dapat memperoleh pengobatan sedini mungkin," pungkas Andri.