Antara Gerakan, Metode, dan Pendidikan

Dari sisi mana sajakah kepramukaan dapat dilihat dengan benderang? Kepramukaan dapat dilihat dari tiga sisi. Sisi itu bernama Gerakan, Metode, dan Pendidikan. Ketiga sisi sedapatnya berkait. Jika dapat berkait dengan apik, ketiga sisi akan membentuk energi yang dahsyat dalam mengantarkan anak muda ke masa depannya.

Sisi Gerakan menandakan usaha serius dari semua lapisan bangsa untuk berpadu menoreh anak bangsa melalui dunia kepramukaan. Saking seriusnya lapisan masyarakat tersebut, negara menghendaki semua anak bangsa harus terlibat baik yang di desa, di kota, anak petani, nelayan, pekebun, mahasiswa, dan yang lainnya sampai suatu ketika mengatakan bangga menjadi pramuka Indonesia. Bahkan, di dunia, ada 180-an negara membuat gerakan kepramukaan dapat tumbuh dan berkembang di teritotialnya. Negara-negara itu berhimpun dalam satu visi di WOSM.

Untuk melaksanakan visi Gerakan tersebut, di tiap negara dibentuk lembaga pelaksananya. Di Indonesia, lembaga pelaksana kepramukaan diserahkan ke kwartir oleh negara untuk menjalankannya. Agar perjalanan kepramukaan bagi anak muda itu bergerak dengan mantap dibentuklah dua lembaga yakni majelis pembimbing dan kwartir.

Majelis pembimbing sebagai pembina, pendorong, pembantu agar Gerakan berlangsung dengan baik. Kwartir sebagai pelaksana kepramukaan agar berjalan proses pendidikan dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan.

Jadi, majelis pembimbing dengan kwartir harus harmonis. Kwartir melaporkan perkembangan yang dilakukan ke majelis pembimbing di samping mempertanggungjawabkan ke musyawarah. Kinerja majelis pembimbing dan kwartir itulah dinamakan wujud Gerakan.

Kalau kwartir pasang garis pemisah dan tidak harmonis dengan majelis, lepas alasan apapun, dapat dikatakan terjadi deviasi orientasi. Gerakan akan goncang karena hambatan lebih besar dibandingkan dukungan.

Begitu pula, kalau majelis pembimbing tidak lancar komunikasi dan aliran bimbingannya tentu Gerakan akan tersendat-sendat. Keduanya harus bin wajib harmonis dalam kondisi apapun tanpa rasa egoisitas masing-masing.

Oleh karena itu, karena ini organisasi Gerakan yang khas berwarna pendidikan kepramukaan, orang yang mengelola majelis pembimbing dan kwartir haruslah paham dan mendalami pendidikan kepramukaan. Bagaimana mungkin kapal di lautan luas, tidak dinakhodai orang yang pahan dan menjiwai karakteristik lautan?

Jika kesadaran itu muncul dengan ksatria demi bangsa, kwartir sebagai penerus Gerakan akan menjalankan fungsi sejatinya. Pun majelis pembimbing perlu kuat dalam pemahaman pendidikan kepramukaan. Serahkan saja ke orang yang paham, ngerti, dan berperiaku kepramukaan karena itulah syarat Indonesia berada di kualitas SDM yang maju.

Sisi Metode bermakna bahwa kepramukaan adalah sebuah metode pendidikan. Sebagai sebuah metode, dalam kepramukaan pasti ada prosedur, unsur, strategi, dan teknik untuk menjalankannya. Metode dalam kepramukaan memiliki ciri khas, yakni PDK dan MK. Metode tersebut wajib dijalankan jika menginginkan kepramukaan tetap disebut kepramukaan.

Dalam Metode, terdapat aneka teknik yang dapat diciptakan dan dikembangkan agar mutu kepramukaan terbarui. Tugas kwartirlah untuk terus memperbarui dan mengembangkannya sesuai zaman. Teknik itu disebut teknik kepramukaan. Kwartir yang punya berarti harus berfokus pada penguatan teknik kepramukaan bukan melulu pengorganisasian lembaga semata.

Dalam perkembangannya, berbeda negara akan berbeda teknik kepramukaannya meskipun sama-sama menerapkan metode kepramukaan. Perkembangan tersebut bergantung kedalaman dan keluasan kapasitas akal masing-masing. SDM pengelola dapat dipakai sebagai indikator kemajuan kepramukaan sebuah negara.

Sisi Pendidikan memberikan sudut pandang bahwa kepramukaan adalah sebuah jenis pendidikan yang tersistem dan terpola sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai sebuah Pendidikan, kepramukaan mempunyai kurikulum, peserta didik, pendidik, jenjang, dan sistem.

Kwartir bertanggung jawab atas keterlaksanaan pendidikan kepramukaan dengan serius sehingga kinerjanya dapat nilai kepantasan dari masyarakat. Pembina sebagai pelaksana di ujung tombak harus diopeni. Gudep diberi asupan yang tepat agar dapat memfungsikan diri sebagai satuan organisasi dan satuan pendidikan. Kwartir harus hadir di ujung tombak bukan hanya hadir di altar atas saja altar bawah pun harus dikenali secara akrab.

Gudep di ujung tombak mempunyai tiga beban yakni beban Gerakan, Metode, dan Pendidikan dalam bentuk terapan langsung. Gudep menjalankan visi Gerakan melalui organisasi satuan dan menjalankan Metode dan Pendidikan melalui latihan mingguan.

Pada akhirnya, pembina gudep haruslah orang yang kuat akal dan tangguh menghadapi kenyataan. Mutu kepramukaan sebenarnya terletak di terapan langsung pembina. Kreativitas dan inovasi juga harus berada dalam denyut darah pembina. Selamat membina.

Penulis: 
Kak Prof. Dr. Suyatno, M.Pd (Kepala Pusdiklatnas Gerakan Pr
Sumber: 
Kwarnas

Artikel

04/12/2023 | Tim Media Dinkes Babel
27/04/2023 | Tim Media Dinkes Babel
14/04/2023 | Tim Media Dinkes Babel
24/02/2023 | Tim Media Dinkes Babel
24/02/2023 | Ns. Rita Nopriyanti, S,Kep
16/02/2021 | Ns. Malinda Listari, S.Kep
31/12/2018 | Zulfikri Tabrani, SKM | Pembimbing Kesehatan Kerja Muda
20/09/2022 | Nelly Bastina, S.Kep